Lembaga Akademis Harus Berperan Nyata dalam Pengurangan Risiko Bencana

 
 
Kebumen, 30 Maret 2012. Keterlibatan lembaga akademis dalam pengurangan risiko bencana memanglah penting. Peran lembaga akademis tidak berhenti pada penelitian saja, melainkan hasil penelitian harus dirasakan betul manfaatnya bagi masyarakat terutama lewat pendidikan publik, ungkap Dr. Ir. Iskandar Zulkarnain, Deputi Ilmu Pengetahuan Kebumian Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dalam penutupan acara Pelatihan Nasional Pendidikan Publik Community Preparedness LIPI bertajuk Science in Disaster Risk Reduction 5 Days Camp di UPT BIKK Karangsambung Kebumen, Jumat (30/3).

Ia melanjutkan, pelatihan pendidikan publik mengenai kesiapsiagaan bencana akan mendorong masyarakat menuju kehidupan yang lebih baik dalam menghadapi bencana. Diharapkan pula, pelatihan ini mampu membangun pemahaman dan persamaan persepsi tentang peran lembaga akademis dalam pengurangan risiko bencana. Dan, akhirnya terbangun jejaring dan kerjasama yang erat antara perguruan tinggi, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).

Irina Rafliana, Tim Community Preparednes COMPRESS LIPI menjelaskan bahwa pelatihan Science in Disaster Risk Reduction 5 Days Camp ini berlangsung selama 5 hari dari tanggal 26 30 Maret 2012. Peserta yang mengikuti kegiatan itu sebanyak 31 orang yang terdiri mahasiswa dan dosen dari berbagai perguruan tinggi, organisasi dan lembaga pemerintah.

Dia memaparkan, pelatihan menyajikan materi-materi yang menarik seperti geomitologi dalam pengurangan risiko bencana yang dipaparkan Eko Yulianto (Paleoseismologist- Puslit Geoteknologi, LIPI) pada hari pertama. Masih pada hari yang sama, siang harinya tersaji kuliah lapangan oleh Munasri (peneliti Geologi LIPI), peserta diajak menyelami jejak kebumian Karang Sambung, mengunjungi situs yang memiliki catatan sejarah geologi dan bencana sejak jutaan tahun silam. Ekskursi ini menjadi pengamatan yang menarik bagi para peserta, walaupun latar belakang akademis yang berbeda. Berlanjut diskusi pada malam harinya adalah dialog dengan topik penerjemahaman sains dalam pendidikan publik oleh Jonatan Lassa (Disasterlogist Wilis Research Fellow NTU Singapore).

Di hari kedua, Irina bercerita ada dua materi utama yang disampaikan yakni, pertama adalah peran ilmu sosial ekonomi dalam pengurangan risiko bencana oleh Widiyatun (Peneliti Sosial Demografis - Puslit Kependudukan LIPI). Sedangkan materi kedua yaitu pendekatan budaya dalam pengurangan risiko bencana dipaparkan Herry Yogaswara (Peneliti Antropologi dan Ekologi Manusia Puslit Kependudukan LIPI).

Setelah materi inti dipaparkan oleh masing-masing narasumber, Ia menambahkan hari ketiga adalah materi penugasan integrasi dari materi inti yang telah dipaparkan sebelumnya. Bentuk penugasaannya adalah seluruh peserta memainkan peran sebagai pakar atau scientist sesuai dengan latar belakang akademis memecahkan permasalahan yang dihadapi oleh warga dusun Karang Sambung, yang diperankan oleh tim panitia COMPRESS LIPI. Dihari yang sama, pada malam harinya digelar pertunjukan seni. Salah satu peserta dari Aceh, Mariamy membacakan Puisi Taufik Ismail berjudul Membaca Tanda-Tanda, imbuhnya.

Irina melanjutkan, Amazing Kebumen Race mengisi hari keempat. Peserta terbagi menjadi 5 kelompok, menelusuri karang sambung, melakukan pengamatan dalam menemukan jejak-jejak dan kata kunci yang berkaitan dengan unsur budaya, sosial, sejarah dan geomitologi. Sedangkan, hari kelima berada di kaki menara gading dengan materi rumor, apatis dan pengetahuan yang meningkatkan risiko bencana oleh Danang Samsu (BPBD Jogjakarta). Menjelang siang harinya adalah materi pendidikan publik dan kesiapsiagaan bencana oleh tim COMPRESS dan berlanjut sore hari dengan penjelasan topik riset terkait dengan kebencanaan dan kegiatan penelitian LIPI dalam PN 9 2012 serta peluang keterlibatan mahasiswa dan perguruan tinggi.
Sumber : Compress LIPI

Sivitas Terkait : Irina Rafliana

Diakses : 2809