Pembangunan Indonesia-sentris: Konektivitas Antar Wilayah

 
 
Penulis: Inayah Hidayati S.Si., Inayah Hidayati S.Si.
Pembangunan Indonesia-sentris: Konektivitas Antar Wilayah Saat ini banyak pembuat kebijakan di berbagai negara, terutama negara berkembang, melakukan pembangunan di negaranya cenderung membedakan antara daerah yang dianggap lebih maju dengan daerah yang dianggap tertinggal. Hal ini akan terlihat pada kondisi pembangunan di perkotaan dan perdesaan dimana terjadi ketimpangan yang sangat besar, kondisi infrastruktur merupakan salah satu komponen yang dapat dilihat. Pembangunan ekonomi selalu dipusatkan di daerah perkotaan yang lebih maju dan lebih siap infrastrukturnya daripada daerah perdesaan. Kondisi ini dapat dengan mudah diamati di Indonesia, dimana pembangunan masih bersifat Jawa-sentris (Marzali, 2016). Hampir seluruh kegiatan ekonomi penting ada di Jawa dan Jakarta khususnya. Pembangunan infrastruktur dan komponen lainnya sangat maju jika dibandingkan dengan kondisi di luar Jawa, khususnya di wilayah timur Indonesia. Saat ini belum ada koneksitas antar wilayah di Indonesia, atau disebut oleh pemerintah Indonesia saat ini sebagai Indonesia-sentris bukan lagi Jawa-sentris. Terciptanya koneksitas atau keterhubungan antar wilayah di suatu negara diperlukan untuk membuka ruang-ruang baru untuk menyatukan suatu negara. Ketimpangan pembangunan antar wilayah tidak akan lagi tercipta karena pembangunan tidak berfokus di wilayah tertentu dan tanpa diskriminasi pada daerah yang dianggap terbelakang. World Bank (2009) mengungkapkan bahwa pendekatan keruangan dapat digunakan untuk menentukan kebijakan pembangunan. Melalui cara berpikir keruangan dan menggunakan pendekatan kewilayahan maka pengambil keputusan dapat berpikir secara luas dan menggunakan ‘regional perspective’. Dengan konsep perspektif regional ini maka pembangunan antar wilayah tidak lagi berdiri sendiri namun ada konektivitas diantaranya. Konektivitas tersebut diwujudkan dalam ketersediaan infrastruktur yang menghubungkan antar wilayah satu dengan yang lain dan meminimalisir adanya kesenjangan antar wilayah. Pembangunan ini akan meningkatkan dan meratakan pembangunan, minimal pembangunan secara ekonomi, dan memangkas angka kemiskinan suatu negara. Rigg et all (2009)4 mengemukakan bahwa menggunakan dimensi keruangan sangat penting dalam pembangunan ekonomi suatu wilayah karena akan mudah terukur. Peta dapat digunakan sebagai alat kontrol pembangunan yang berwujud (visual) sehingga memudahkan pengambil keputusan untuk monitoring kegiatannya. Pemerintah Indonesia pasca orde baru telah banyak melakukan pembangunan infrastruktur dasar berupa fasilitas jalan nasional dan jalan tol untuk meningkatkan konektivitas yang berdampak pada seluruh lini kehidupan baik ekonomi, sosial, politik, hingga budaya. Ketersediaan sarana jalan penghubung akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi, kemudian akan berkembang dinamika sosial lainnya seperti dinamika kebudayaan hingga terciptanya peradaban baru suatu daerah. Untuk negara yang berbentuk kepulauan seperti Indonesia, pembangunan tol laut juga sangat berperan penting dalam dinamika spasial sosial ekonominya. Tol laut akan menghubungkan seluruh wilayah kepulauan, tidak ada lagi istilah pulau terpencil dan terbelakang. Dengan demikian pembangunan akan dirasakan oleh seluruh warga negara tanpa diskriminasi. Konektivitas antar wilayah juga akan memacu daya saing penduduk untuk lebih kompetitif antar satu sama lainnya. (Inayah Hidayati, Peneliti di Pusat Penelitian Kependudukan LIPI) Pustaka Marzali, A. (2016). Antropologi & Pembangunan Indonesia. Prenada Media. Rigg, J., Bebbington, A., Gough, K. V., Bryceson, D. F., Agergaard, J., Fold, N., & Tacoli, C. (2009). The World Development Report 2009 ‘reshapes economic geography’: geographical reflections. Transactions of the Institute of British Geographers, 34(2), 128-136. http://presidenri.go.id/program-prioritas-2/strategi-kebudayaan-pembangunan-indonesia sentris.html http://nawacita.co/pembangunan-infrastruktur-penting-menunjang-tujuan-sdgs/

website kependudukan.lipi.go.id; 2018

ISSN / ISBN / IBSN : 9772355268008

No. Arsip : LIPI-20190103
Download Disini